Review Engkau... Cahaya Hatiku – Nia Sutardi



Keterangan Buku :

Judul : Engkau... Cahaya Hatiku
Penulis : Nia Sutardi
Penyunting : Fatimah Azzahrah
Desain Sampul : Gunawan
Tata Letak : Cintia
Pemeriksa Aksara : Julian
Penerbit : Media Pressindo
Tahun Terbit : 2015
ISBN : 978 - 979 - 911 - 535 - 5
Tebal Halaman : 192 hlm



Azzura alias Ara. Gadis yang bertransformasi menjadi gadis keras kepala dan gemar menggelar party di rumahnya – dengan alasan kesepian – sejak orangtuanya meninggal. Ia hanya memiliki kakak perempuan satu-satunya, Cinta. Namun, Cinta pun jarang menghabiskan waktu menemani Ara. Cinta sibuk menenggelamkan diri dalam urusan bisnis PT Wijaya Properti, usaha peninggalan orangtua mereka. 

Cinta sebenarnya sangat menyayangi adiknya, namun urusan bisnis mau tak mau harus mengorbankan kebersamaan mereka. Sebagai gantinya, Cinta memberikan fasilitas komplit untuk menyenangkan hidup Ara. Namun saat Ara nekat membobol kartu kredit hingga nyaris 20 juta rupiah dalam sebulan, Cinta benar-benar naik pitam. Ditambah lagi, hobi Ara menggelar party semakin menjadi-jadi. 

Cinta bertekad untuk mengubah Ara menjadi gadis baik, sopan, taat agama, dan tak suka hura-hura. Jadi, mau tak mau, tega tak tega, Cinta pun memutuskan memasukkan Cinta ke pesantren An-Nur, Bandung, selama 2 minggu. Ara terpaksa setuju. Dengan konsekuensi harus meninggalkan semua fasilitas serba wah di rumahnya yang bak istana, juga harus LDR-an dengan kekasihnya, Vasco.

Keadaan benar-benar berbalik ratusan derajat. Di pesantren, Ara yang terbiasa keras, menikmati fasilitas komplit, mengenakan tanktop dan hotpants saja, perlahan harus berbenah diri. Kalau tidak, kejadian terkurung di kamar, dimusuhi santri-santri lainnya, bisa terulang lagi. Bukan hal mudah bagi Ara, membiasakan diri atas sesuatu yang sangat asing baginya. 

Ditengah kekisruhan itu, Ara mulai curiga atas sikap Vasco yang jarang menghubunginya. Curiga makin memuncak saat Kara mengiriminya foto Vasco sedang berboncengan mesra dengan Cherry, sahabatnya sendiri. Hatinya panas, namun Ara bertekad menenangkan diri dan membuktikan kebenaran foto itu.

Selain itu, ada satu sosok di pesantren yang mengusik hatinya. Tampan, baik hati, bersuara indah, ditambah pula sosok itu menurutnya juga menyukai dirinya, terbukti dengan perhatian-perhatian kecil yang ia berikan. Tapi kira-kira bener ga sih perasaan Ara? Atau hanya ge-er semata?

Dalam waktu 2 minggu, bisa ga ya Ara bertransformasi jadi gadis manis sesuai harapan Cinta?

Lantas, apa benar Cherry dan Vasco diam-diam telah mengkhianatinya? 

Engkau... Cahaya Hatiku adalah novel debut kak Nia Sutardi. Tema yang diangkat dan alur ceritanya ringan, namun menarik. Ara menggambarkan anak muda yang sebenarnya butuh teman dan perhatian, terlebih saat orangtuanya tak ada lagi. Kenakalan yang ia lakukan semata-mata untuk menarik perhatian, agar ia tak merasa kesepian lagi. 

Di novel ini, pembaca diajak melihat gambaran di pesantren, yang serba disiplin dan harus belajar prihatin. Misalnya, 1 kamar ditempati oleh 4 orang. Saat makan, lauknya sederhana, berupa capcai, tahu tempe dan sambal. Anak yang terbiasa hidup mewah seperti Ara pasti syok berat tinggal di pesantren. Hihii.. 

Oh ya, yang ada di dalam pesantren bukan berarti isi hatinya harus putih bersih bak kapas ya. Di sana ada juga karakter-karakter figuran yang luamayan bikin sebel. Ada Fatimah, yang lumayan genit naksir guru sendiri. Ada juga yang ternyata mulutnya pedas, berani malah ngajakin Ara berantem. Intinya, dimanapun itu, di pesantren sekalipun, jangan pernah ngarepin bakal selalu diiyain, diturutin. Emang kita siapa coba? Princess? Ara yang keras kepalanya luar biasa sampai sebel dan sedih juga loh. 

Pesan moral dari novel ini adalah mengenai keikhlasan. Gimana kita mampu bertahan dengan seperti apapun kondisi, enak atau ga enak. Gimana kita akhirnya harus belajar mengikhlaskan, rela atau masih setengah-setengah. 


Kalimat-kalimat favorit :

1. Pandangan mata memang berpotensi menggoyahkan hati dan iman. (Hlm 137)

2. Ini bukan soal adil atau tidak, Ara. Ini tentang keikhlasan menjalani hidup. (Hlm 176)

Kalimat-kalimat sindiran :

1. Lo udah baik sama gue, tapi guenya yang jahat sama lo. (Hlm 68)

2. Kenapa gue nggak bisa konsisten berhijab kayak mereka ya? (Hlm 146)

Tidak ada komentar